EFFECT OF ACID HYDROLYSIS DURATION ON
THE PHYSICO-CHEMICAL PROPERTIES OF
ARROWROOT STARCH
Ø Penulis
Jurnal: Christina Winarti1), Nur Richana1),
Djumali Mangunwidjaja2), Titi Candra Sunarti2)
Ø Reviewer
: Nurzahra Hasanah Babara
35415243 – 3 ID 06
Teknik Industri - Universitas Gunadarma

Berdasarkan uraian
diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui
pengaruh hidrolisis asam secara lambat terhadap karakteristik pati yang
termodifkasi terutama morfologi permukaan dan sifat fungsionalnya sebagai bahan
matriks. Perlakuan yang dicobakan lama hidrolisis yaitu 2, 4, 6, 24, 72, dan
120 jam menggunakan HCl 2,2 N pada suhu 35C. Parameter yang diamati meliputi
Derajat Polimerisasi (DP), tingkat hidrolisis, kadar amilosa, morfologi,
kristalinitas, kelarutan dan swelling power, kemampuan menyerap air (water absorption
capacity/WAC) dan minyak (oil absorption capacity/OAC) dan daya cerna pati.
Proses hidrolisis asam terjadi dalam dua
tahap penyerangan pada granula pati, yaitu tahap penyerangan secara cepat pada
bagian amorf dan tahap penyerangan yang lebih lambat pada bagian kristalin pada
fraksi amilopektin (Wurzburg, 1989; Jayakody dan Hoover, 2002). Hidrolisis asam
tidak mengubah bentuk granula tetapi menyebabkan penurunan kemampuan mengembang
(swelling) dan viskositas serta viskositas puncak, selain itu meningkatkan
kestabilan pasta pati selama proses gelatinisasi (Ferrini et al., 2008).

Bahan dan Alat Bahan
baku yang digunakan adalah pati dari umbi garut umur 11 bulan dari varietas
Creole yang berasal dari daerah sekitar Bogor. Bahan kimia yang digunakan untuk
modifikasi pati antara lain HCl, etanol, NaOH,
dan bahan kimia untuk analisis
Metodologi
Karakterisasi Bahan Baku Bahan baku umbi garut diekstrak untuk menghasilkan
pati garut dengan teknik ekstraksi basah. Umbi garut yang sudah dicuci bersih
dihancurkan/disawut, ditambahkan air dan disaring kemudian diendapkan. Endapan
pati dikumpulkan dan dikeringkan dengan oven.
Rendemen yang dihasilkan sekitar 11,5%. Selanjutnya pati garut dianalisis
proksimat meliputi kadar air (925.10 AOAC, 1998); kadar abu (923.03 AOAC,
1998); kadar lemak (SNI 01-2891-1992); kadar protein (960.52 AOAC, 1998); kadar
karbohidrat (by difference). Dianalisis juga kadar amilosa (Perez dan Juliano,
1978) serta sifat birefringence dengan mikroskop polarisasi.
Pembuatan Pati
Lintnerisasi Pati Lintnerisasi dibuat berdasarkan rekomendasi Faridah et al.
(2011) serta Jayakody dan Hoover (2002) yang dimodifikasi dengan rasio lebih
tinggi karena konsistensinya yang cukup kental. Pati (200 g) dibuat suspensi dalam
larutan HCl konsentrasi 2,2 N dengan nisbah 1:2. Suspensi pati diinkubasikan
pada suhu 35ºC selama 2, 4, 6, 24, 72 dan 120 jam dengan menggunakan waterbath
goyang. Suspensi pati garut yang telah mengalami perlakuan hidrolisis asam pada
jam yang telah ditentukan kemudian dicuci dengan menggunakan NaOH 1 M sampai
netral (pH 6,0), dilanjutkan pencucian dengan etanol dan disaring dengan kertas
saring. Endapan pati terhidrolisis kemudian dikeringkan dengan oven bersuhu
50ºC selama 24 jam hingga mencapai kadar air sekitar 10%. Setelah kering pati
digiling dengan disc mill dan disaring kemudian diayak dan disimpan dalam
freezer sampai digunakan. Parameter yang
diamati meliputi: rendemen, sifat fisiko-kimia:
Derajat Polimerisasi
(DP) dihitung dengan membagi kadar total gula (Dubois et al., 1956) dengan gula pereduksi (Takeda et al., 1993),
kadar amilosa (Perez dan Juliano, 1978);
dan tingkat hidrolisis dihitung dengan membagi kadar total gula pada
lama lintnerisasi tertentu terhadap kadar total gula pati garut alami,
morfologi permukaan granula (SEM), pola gelatinisasi dengan Rapid Visco
Analyzer (RVA), dan kristalinitas (XRD); serta analisis sifat fungsional:
swelling power dan kelarutan (Leach et al., 1959); WAC dan OAC (Das et al., 2010) serta daya
cerna pati secara in-vitro menggunakan pancreatin amylase (Spence dan Jane,
1999).

Rancangan Penelitian
Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan
perlakuan lama hidrolisis (2, 4, 6, 24, 72 dan 120 jam) masing-masing diulang 3
kali.
Parameter yang
diamati meliputi Derajat Polimerisasi (DP), tingkat hidrolisis, kadar amilosa,
morfologi, kristalinitas, kelarutan dan swelling power, kemampuan menyerap air
(water absorption capacity/WAC) dan minyak (oil absorption capacity/OAC) dan
daya cerna pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan DP semakin
menurun sementara tingkat hidrolisis meningkat dengan semakin lamanya
lintnerisasi, kadar amilosa menurun sementara daya cernanya mula-mula menurun
kemudian meningkat. Granula pati mengalami kerusakan walaupun bentuknya masih
relatif tidak berubah demikian juga nilai kristalinitas relatif meningkat
walaupun pola kristal tetap tipe A, dan tidak memberikan sifat pasting selama
gelatinisasi. Kelarutan dan WAC serta OAC meningkat sedangkan swelling power
(SP) menurun, sementara OAC lebih tinggi dari WAC.

·
Karakteristik Bahan Baku
Bahan baku pati garut
yang digunakan dalam penelitian mengandung komponen karbohidrat dalam porsi
besar (87,94%) dan komponen minor (protein dan lemak yang rendah, masing-masing
0,12 dan 0,46%, seperti umumnya pati dari umbi-umbian. Pati garut mengandung
amilosa dalam jumlah yang tinggi (35,68%). Hasil ini berbeda dengan yang
dilaporkan Faridah et al. (2011) dimana kadar amilosa hanya 24,64%. Sedangkan
menurut Richana et al. (2000) kadar amilosa pati garut 29,03-31,34%. Hal itu disebabkan perbedaan umur panen.
·
Karakteristik Pati Lintnerisasi
Proses lintnerisasi
menyebabkan pemutusan pada struktur amorf amilopektin dan amilosa yang dapat
menyebabkan kehilangan komponen pati.
·
Kadar Amilosa
Kadar amilosa
cenderung menurun dengan makin lamanya proses hidrolisis asam.
·
Morfologi
Ukuran granula dan
sifat birefringence pati dilakukan dengan mikroskop polarisasi. Ukuran granula
pati garut berkisar antara 22,7 – 45,7 µm. Hasil yang sama ukuran granula pati garut bervariasi yaitu
antara 5-50 m (Moorthy, 2002) dan 20-42,2 (Srichuwong et al., 2005b). Ukuran
granula hasil penelitian masih dalam rentang ukuran granula hasil penelitian
lainnya.
·
Profil Gelatinisasi (RVA)
Hasil pengukuran RVA
menunjukkan bahwa viskositas puncak dan viskositas setback (viskositas akhir)
pati garut alami cukup tinggi dibanding pati jagung sebagai pembanding yaitu
1600 dan 1500 BTU dibanding 500 dan 400 BTU (Gambar 4). Hal itu menunjukkan
bahwa kemampuan retrogradasi pati garut lebih tinggi dibanding pati jagung.
Sementara pati lintnerisasi baik 2 jam maupun 24 jam ternyata tidak memberikan
perubahan viskositas (garis lurus). Hasil ini menunjukkan bahwa pati
lintnerisasi mempunyai viskositas yang rendah sehingga berpotensi sebagai bahan
matriks enkapsulasi.
·
Pola Kristalinitas Pati dengan XRD
Pati garut alami
mempunyai kristalinitas tipe A (Srichuwong et al., 2005; Faridah et al., 2011;
John et al., 2002). Tipe ini mempunyai karakteristik puncak 2 teta berada pada
15C,17C, 18C dan 23 C. Perlakuan
hidrolisis asam tidak merubah pola kristalinitasnya (Gambar 5), tetapi merubah
kristalinitasnya. Kristalinitas pati alami hasil penelitian sebesar
19,39%.

Populasi dan sampel
yang digunakan untuk pati garut ini adalah umbi garut (Maranta arundinacea)
yang memiliki banyak kegunaan, yang akan dibandingkan dengan pati beras, jagung
dan kentang.

Instrument penelitian
adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau memeriksa secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji
suatu hipotesis.
Pada
penelitian ini dengan adanya perbedaan-perbedaan karakteristik pati garut
terhidrolisis asam yang dilaporkan oleh beberapa peneliti di atas maka perlu
dilakukan penelitian mengenai pengaruh lama hidrolisis yang berbeda terhadap
karakteristik fisiko-kimia dan fungsional pati garut yang dihasilkan. Maka dari
itu penelitian ini dilakukan pemeriksaan menggunakan, Derajat Polimerisasi
(DP), tingkat hidrolisis, kadar amilosa, morfologi, kristalinitas, kelarutan
dan swelling power, kemampuan menyerap air (water absorption capacity/WAC) dan minyak
(oil absorption capacity/OAC) dan daya cerna pati.

Metode yang digunakan
dalam jurnal ini adalah XRD alat yang digunakan untuk menentykan struktur atom
dan molekul sebuah Kristal dengan cara mendifraksikan seberkas sinar-X ke segala
arah. Jurnal ini juga menggunakan alat RVA yang digunakan untuk menganalisa
sifat amilografi pati yang dilengkapi dengan system pemanas dan pendingin yang
akan mempengaruhi sifat amilografi pati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar