Kita lebih susah kalau ketinggalan gadget dari pada dompet, benar kan? Tanpa dompet kita bisa pinjam uang sana sini, tapi kalau nggak ada smartphone atau tablet di tangan maka mati kutu deh rasanya. Yup, keberadaan benda satu ini memang lebih dari apa pun. Alasannya sendiri tentu saja kita bisa melakukan apa pun hanya dengan mengetuk-ngetuk layarnya. Mulai dari bersosialisasi, menonton film, pacaran bahkan jualan sekalipun.
Sayangnya, keberadaan gadget sendiri justru makin memudarkan banyak hal-hal asyik yang dulu sering kita lakukan. Misalnya kita bisa bercanda riang tanpa perlu sibuk untuk mengecek siapa yang like dan komen status kita. Sebelum ada gadget kita juga stalking calon gebetan dengan cara yang asyik sekali lewat teman ke teman. Hal-hal tersebut sudah jarang lagi kita lakukan gara-gara dominasi gadget yang sedemikian kuat itu.
Alasan kenapa hidup kita makin garing adalah justru karena keberadaan benda satu ini. Sayangnya, teknologi memang kadang menghilangkan hal-hal tradisional yang asyik. Nah, simpan sejenak gadget kalian dan ingat kembali betapa asyiknya melakukan hal-hal ini.
1. Surat-Suratan Jadi Lebih Syahdu
Zaman SD sampai SMP dulu, surat menyurat adalah alat komunikasi paling seru. Lewat tulisan kita bisa menyampaikan apa pun lebih asyik dan dalam, entah itu minta maaf, ngajak pulang bareng, atau bahkan menyatakan cinta. Sensasi menulisnya sendiri juga beda dibandingkan nulis essay bahasa Indonesia yang panjang itu. Belum lagi ketika menerima surat itu rasanya sangat menyenangkan meskipun isinya penolakan.
Tak hanya tulisan, kita juga bisa berkreasi dengan surat ini. Bisa ditambahkan gambar atau sok artistik dengan membakar ujung kertasnya. Bahkan biar lebih mengena, apalagi urusan cinta, surat juga bisa disemprot parfum biar si target tahu jika surat itu benar-benar dari kita. Seru ya? Apalagi sensasi menunggu balasan itu lho yang akan bikin kita dag dig dug.
2. Ngobrol Seru Bikin Chemistry Makin Kuat
“Guys, nanti ketemuan yuk. Jam 8 di kafe biasanya.” Tapi, ketemu malah sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Hingga akhirnya muncul jargon kalau gadget menjauhkan yang dekat. Ya, alih-alih ngobrol ngalor ngidul tapi seru, gara-gara gadget fokus kita bersama teman-teman jadi pecah. Sekarang acara ketemuan pun pasti bisa ditebak apa yang terjadi nantinya.
Dulu, tanpa gadget kita bisa ngobrol dengan serunya. Kita lebih fokus terhadap bahasan dan teman sehingga bisa makin intim dan chemistry pun makin dalam. Soal gebetan juga sama, tanpa gadget kita bisa ngobrol asyik tanpa terganggu notifikasi-notifikasi. Curhat, PDKT jadi makin maksimal. Sekarang, dikit-dikit cek gadget. Kita seperti nggak mau ketinggalan hype walaupun harus mengorbankan quality time bersama orang-orang terdekat.
3. Deg-Degannya Titip Salam ke Gebetan
PDKT di zaman sekarang sangat mudah dan tak ada seru-serunya. Cukup PING!! Atau chat sudah jadi. Dulu, banyak hal yang harus dilakukan agar cewek atau cowok incaran tahu jika kita ada rasa. Ya, caranya dengan saling titip salam. “Udah lo sampaikan salam gue?” “Udah, katanya jangan deket-deket lagi.” Ya, kadang berakhir nggak baik, tapi asyik banget melakukan hal ini.
Sekarang ini mana pernah lagi kita melakukan hal ini atau ditugaskan untuk menyampaikan salam tersebut? Ya, karena sudah bisa dilakukan secara mandiri pake gadget masing-masing. Padahal sensasi titip salam dan menunggu balasan itu luar biasa. Deg-degannya itu lho!
4. Perpisahan Lebih Dramatis
Saling rangkul lalu bercanda untuk terakhir kalinya dan melepas kepergian seseorang dengan air mata yang mengalir di pipi mungkin jadi pemandangan yang jarang sekali. Ya, lantaran gadget kita bisa melakukan komunikasi intens seperti jarak yang terpaut tidaklah jauh. Alhasil, perpisahan ya gitu-gitu saja, nggak ada sensasi haru dan kehilangannya.
Kalau dulu, berpisah artinya siap-siap saja kangen akut. Pasalnya, tak ada media yang bisa kita pakai untuk komunikasi intens. Pakai surat itu pun tak bisa sehari dua hari datang balasannya. Makanya, ketika momen perpisahan datang rasa kehilangannya begitu besar. Dulu orang nangis di bandara jadi pemandangan biasa, kini hal tersebut sepertinya sudah jarang ada.
5. Wartel Tempat Pelampiasan Rindu Terbaik
Nasib Wartel atau warung telepon kini sudah seperti benda usang yang tak berguna lagi. Padahal di masa jayanya dulu, Wartel adalah sarana andalan kita untuk melepas rindu atau merasakan cinta lewat sekadar bertanya “sudah makan belum?” kepada cinta monyet kita. Nilai komunikasi begitu berharga kala itu.
Dulu, hanya orang-orang yang berada saja yang memiliki telepon rumah. Sedangkan bagi yang biasa-biasa, wartel untuk bisa berkomunikasi. Masih ingat dulu kita harus menyisihkan uang jajan untuk bisa menelepon gebetan? Ya, butuh perjuangan dan tidak mudah untuk melakukan hal yang saat ini sudah begitu gampang itu. Terimakasih wartel, telah menjadi tempat pelampiasan rindu terbaik
6. Binder Biodata Untuk Mengenang Si Dia
Dulu, zaman SD atau SMP kita mengenal yang namanya binder. Ini adalah semacam buku yang bisa diisi ulang. Fungsinya sendiri hanya sebagai media corat coret saja, di samping sebagai buku biografi dari teman-teman. Masih ingat kah dulu saat meminta teman se kelas bertukar kertas binder yang diisi biodata? Bikin kangen rasanya.
Nama, alamat, lagu favorit, moto adalah yang biasanya mereka tuliskan di kertas binder kita. Bahkan ada pula yang mengisinya dengan kata-kata bijak yang ditujukan untuk si empunya. Tatkala sudah berpisah, melihat lembaran bak kembali ke masa-masa menyenangkan dulu. Apalagi ketika kita membaca lembar spesial yang tertuliskan nama gebetan atau cinta monyet. Hmm, jadi tiba-tiba mengkhayal seperti apa dia sekarang? Akhirnya rindu menyeruakkan kembali.
7. Lempar Kertas Becandaan Paling Asyik
Meskipun tak ada gadget, dulu kita bisa bisa conference dengan teman sekelas. Ya, caranya lewat kertas kecil yang cara ngirimnya dengan dilempar dari satu tempat ke tempat lain. Hal apa pun jadi sangat seru ketika tertulis di lembaran kertas tersebut. Janjian pulang sekolah ke mana, mau beli apa pas istirahat, sampai ngobrolin gosip yang lagi hot di sekolah.
Lewat kertas ini pula kita juga sering mendapatkan cinta. Sayangnya, tidak ada privasi di sini. Kecuali si dia ada di seberang bangku, maka pesan ini akan dibaca siapa pun yang membawanya sampai ke tempat tujuan. Malu sih, bahkan sampai disorakin, namun sangat seru. Namun hal ini kadang jadi ngaco ketika salah seorang teman ikut menambah-nambahi pesan dari si dia.
8. Lewat Radio, Aku Sampaikan…
Radio masih eksis hingga sampai saat ini. Bahkan masih didengarkan oleh para pendengar setianya. Namun keberadaan gadget membuatnya jadi makin samar hingga akhirnya hilang bagi sebagian orang. Bagi kita dulu, radio adalah alat untuk bersenang-senang. Tak hanya dengan mendengarkan musik saja, tapi juga berkirim salam. Pernah melakukan ini? Masa kecilmu keren!
“Dari Rio kirim salamnya buat Andien yang lagi belajar. Jangan lupa besok di tunggu di gerbang sekolah.” Keesokan harinya Andien pun benar-benar menunggu di depan sekolah. Asyik banget melakukan hal-hal seperti ini. Radio dulu jadi pusat hiburan, bisa mengudara sama artinya nama kita akan jadi pembicaraan sekelas
9. Dear Diary, Aku Ingin Cerita
Timeline Twitter dan Facebook jadi media orang-orang sekarang untuk menceritakan keluh kesahnya. Tidak ada yang salah sih, tapi aneh saja ketika hal-hal yang sebenarnya tidak perlu jadi konsumsi publik malah disebarluaskan begitu. Kembali ke zaman gadget masih angan-angan, kita lebih sering bercerita keluh kesah kepada orang-orang tertentu atau lewat diary.
Ya, diary jadi sahabat terbaik kita ketika hal apa pun terjadi. Tanpa perlu malu lantaran hanya kita yang bisa lihat, kita bisa menuliskan apa pun dengan sangat lepas. Makanya, ketika diary terbaca oleh seseorang maka rasa malunya nggak hilang-hilang. Tak hanya sebagai media luapan emosi dan sebagainya, lembaran diary yang sudah lama membuat kita mampu melihat hal-hal apa saja yang pernah terjadi. Alhasil, berkaca dari kejadian yang sudah lalu membuat kita bisa lebih bahagia dan menjalani hidup dengan lebih asyik.
10. Rasanya Menembak dan Ditembak
Menyatakan cinta memang jadi hal yang sangat seru dan bikin deg degan. Apalagi ketika mengatakannya langsung, meskipun kaki bergetar dan nafas tersengal. Belum lagi kalau nantinya ditolak dan siap-siap menunjukkan muka sok tegar padahal hati menangis. Ya, cinta memang butuh usaha dan pengorbanan semacam ini. Walaupun begitu momen menyatakan cinta secara langsung ini akan selalu jadi kenangan indah.
Sayangnya, sekarang ini untuk melakukan hal-hal yang seperti itu mungkin butuh banyak pertimbangan. Entah takut dibully atau semacamnya, sehingga menyatakan cinta hanya dengan gampangnya saja, misalnya pakai chat dan sebagainya. Ya, sama deg-degannya sih, tapi nilai historinya jadi tidak begitu dalam lantaran usahanya mudah.
http://keepo.me/love-space-channel/10-gaya-berpacaran-abg-sebelum-ada-gadget
Tidak ada komentar:
Posting Komentar